Eksperimen
Davison-Germer
Sebelum
eksperimen Davison-Germer, pada tahun 1924 Louis Viktor de Broblie merumuskan
secara empiris bahwa semua partikel atau materi, tidak hanya cahaya, memiliki
sifat alami seperti gelombang.
Gelombang
dalam mekanika klasik memiliki sifat-sifat seperti interferensi, difraksi dan
polarisasi. Pada tahun 1927 hipotesis de Broglie ini dikonfermasi oleh dua
eksperimen yang dilakukan secara terpisah oleh George Paget Thomson (anak dari
JJ Thomson, penemu electron, peraih Nobel Fisika tahun 1906) yang melakukan
eksperimen dengan melewatkan berkas electron ke dalam flim tipis logam dan
mengamati pola difraksi (sifat gelombang) dari electron yang terhambur dari
permukaan logam. Atas jasanya G.P. Thomson dianugerahi Nobel Fisika pada tahun
1934. Sedangkan di tempat terpisah C.J. Davison dan L.H. Germer (Bells Labs) menembakkan
electron-elektron dengan kecepatan rendah ke dalam Kristal nikel dan mengukur
intensitas electron-elektron yang terhambur dari permukaan Kristal nikel pada
sudut hambur yang berbeda.
Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa electron-elektron yang terhambur memiliki pola
difraksi seperti yang diperkirakan oleh Bragg dalam difraksi sinar X dari Kristal
nikel.atas jasa merumuskan hipotesisnya, de Broglie dianugerahi Nobel Fisika
pada tahun 1929 dan Davison dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1934 atas
penemuan difraksi electron. Teori kuantum modern dikembangkan dalam perhitungan
energy partikel atau electron menggunakan persamaan gelombang yang dirumuskan
oleh Erwin Schroedinger.
Persamaan
ini bersama dengan prinsip ekslusi Pauli yang menyatakan bahwa alektron dan
partikel Fermion lain tidak dapat memiliki keadaan kuantum yang sama (energy,
orbit, spin, dll) merupakan dasar bagi penerapan teori kuantum modern dalam
menjelaskan efek Zeeman, atom berlektron banyak, osilastor harmonis dan atom hydrogen.
semoga
bermanfaat
Sumber
: Fokus Fisika Kelas XII
No comments:
Post a Comment